BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Ditingkat Internasional, Indonesia dikenal sebagai salah satu pusat
keanekaragaman sumber daya alam hayati tertinggi didunia, jauh lebih tinggi
daripada Amerika Latin dan Afrika Tropis. Apalagi jika dibandingkan dengan
daerah beriklim sedang dan dingin. Ada sekitar 28.000 jenis tumbuhan yang
ditemukan di Indonesia, dari 230.000 jenis tumbuhan yang dikenal di dunia.
Satu hal yang sangat ironis, kekayaan hayati yang tidak ternilai
harganya tersebut tidak disadari oleh semua warga negara Indonesia. Kenyataan
ini nampak dengan tidak terpeliharanya hutan dengan baik di Indonesia. Salah
satu contoh terbakarnya hutan pada tahun 1998 yang telah memusnahkan 4.5 juta
hektar hutan. Kenyataan lain kurang pedulinya warga terhadap kekayaan alam
hayati adalah kurangnya peneliti-peneliti Indonesia yang tertarik pada
penelitian–penelitian tumbuh-tumbuhan di Indonesia.
Apa itu Pteridophyta...???
Dalam dunia tumbuhan, para ahli taksonomi membagi tumbuhan dalam dua
kelompok yang diberi nama Cryptogamae dan Phanerogamae. Cryptogamae
(cryptos=tersembunyi, gamos=alat perkawinan) ialah golongan tumbuhan yang
memiliki alat perkawinan tersembunyi atau tidak jelas, contohnya alga, lumut,
dan paku-pakuan. Phanerogamae (Phaneros=tampak jelas) ialah tumbuhan yang
memiliki alat perkawinan jelas terlihat atau terbuka, meliputi semua tumbuhan
berbunga (Anthophyta) dan tumbuhan yang menghasilkan biji (Spermatophyta).
Pteridophyta merupakan tumbuhan kormus (dapat dibedakan akar, batang, dan daunnya). Pteridophyta berasal dari bahasa Greek, yaitu Pteron=sayap, buku. Pteridophyta adalah tumbuhan kormus yang menghasilkan spora, dan memiliki susunan dan yang umumnya membentuk bangun sayap (menyirip) dan pada bagian pucuk tumbuhan itu terdapat bulu-bulu.
Pteridophyta merupakan tumbuhan kormus (dapat dibedakan akar, batang, dan daunnya). Pteridophyta berasal dari bahasa Greek, yaitu Pteron=sayap, buku. Pteridophyta adalah tumbuhan kormus yang menghasilkan spora, dan memiliki susunan dan yang umumnya membentuk bangun sayap (menyirip) dan pada bagian pucuk tumbuhan itu terdapat bulu-bulu.
Tumbuhan paku
merupakan suatu divisi yang warganya telah jelas mempunyai kornus, artinya
tubuhnya dgn nyata dapat dibedakan dalam tiga bagian pokoknya, yaitu akar,
batang, dan daun. dan berpembuluh yang paling sederhana. Terdapat lapisan
pelindung sel (jaket steril) di sekeliling organ reproduksi, sistem transpor
internal, hidup di tempat yang lembap. Akar serabut berupa rizoma, ujung akar
dilindungi kaliptra. Sel-sel akar membentuk epidermis, korteks, dan silinder
pusat (terdapat xilem dan fleom).
Namun demikian, pada
tumbuhan paku belum dihasilkan biji. Seperti warga divisi- divisi lainnya yang
telah dibicarakan sebelumnya, alat perkembangbiakan tumbuhan paku yang utama
adalah spora.
Warga tumbuhan paku
amat heterogen, baik ditinjau dari segi habitus maupun cara hidupnya, lebih – lebih bila diperhitungkan
pula jenis paku yang telah punah. Ada jenis – jenis paku yang sangat kecil
dengan daun- daun yang kecil- kecil pula dengan struktur yang masih sangat
sederhana, ada pula yang besar dengan daun- daun yang mencapai ukuran panjang
sampai 2 m. Atau lebih dengan struktur yang rumit. Tumbuhan paku purba ada yang
mencapai tinggi 30 mdengan garis tengah batang sampai 2 m. Dari segi cara
hidupnya ada jenis- jenis paku yang hidup terestrial ( paku tanah), ada paku
epifit, dan ada paku air.
Jenis- jenis paku sekarang jumlahnya relatif kecil ( lebih
kecil bila dibandingkan dengan divisi lainnya) dapat dianggap sebagai relik (
peninggalan). Jenis- jenis yang sekarang sebagian besar bersifat higrofit.
Mereka lebih menyukai tempat tempat teduh dengan derajat kelembaban yang
tinggi, paling besar mencapai ukuran beberapa meter saja.
1.2
Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk
mengetahui jenis paku dari anak kelas filices
( Leftosprorangiate ), cara penyebaran, dan serta potensi dari tanaman ini.
BAB II
ISI
Kelas Filicinae meliputi
beraneka ragam tumbuhan yang menurut bahasa sehari – hari dikenal sebagai
tumbuhan paku/ pakis yang sebenarnya. Dari segi ekologi tumbuhan ini termasuk
higrofit, banyak tumbuh ditempat- tempat teduh dan lembab, sehingga di tempat-
tempat yang terbuka dapat mengalami kerusakan akibat penyinaran yang terlalu
intesif. Ditinjau dari lingkungan hidupnya, warga kelas ini dapat dibedakan
dalam 3golongan paku yaitu: paku tanah, paku air, dan paku epifit. Berbagai
jenis jadi penyusun “ undergrowth” dalam hutan- hutan di daerah pegunungan dan
hutan subtropika basah.
Dalam pembutan makalah ini kami mengambil anak kelas Leptosporangiatae( Filices) dalam
golongan ini terdiri atas beraneka ragam paku- pakuan yang luar biasa
banyaknya, meliputi ± 90 % dari seluruh jumlah marga yang tergolong dalam Filicinae dan tersebar di seluruh muka
bumi.
1. Karakteristik Filicinae
Golongan ini terdiri dari beraneka ragam
paku-pakuan yang luar biasa banyaknya, meliputi kurang lebih 90% dari jumlah
seluruh marga yang tergolong dalam filicinae dan tersebar diseluruh bumi.
Terdapat didaerah tropik, paku yang berupa pohon , batangnya dapat mencapai
besar satu lengan atau lebih, umumnya tidak bercabang dan pada ujungnya
terdapat suatu roset daun. Daun-daun itu menyirip ganda sampai berapa kali,
panjangnya dapat mencapai 3 meter, dan jika gugur meninggalkan bekas-bekas yang
jelas pada batang. Batang mengeluarkan banyak akar, tetapi jika tidak dapat
masuk dalam tanah akar-akar itu bertambah panjang , kambium tidak ada, jadi
batang tidak mengalami pertumbuhan sekunder, dan tidak mempunyai bagian kayu
yang kompak. Kebanyakan tumbuhan paku adalah herba dengan rimpang yang
mendatar, daun yang masih muda selalu menggulung, dan sifat ini sangat
karakteristik bagi warga fiicinae pada umumnya. Hal ini disebabkan oleh sel-sel
pada sisi bawah daun lebih cepat pertumbuhannya. Tulang daunnya
bercabang-cabang denga beberapa pola.
Semua warga Filicinae
mempunyai daun yang besar( makrofil), bertangkai, mempunyai banyak tulang –
tulang. Waktu masih muda daun itu
tergulung pada ujungnya, dan pada sisi bawah mempunyai banyak
sporangium.
Filicinae yang sekarang masih hidup
dibedakan dalam 3 anak kelas Yaitu:
1.
Eusporangiatae
2.
Leptosporangiatae(
Filices)
3.
Hydropterdes
Tumbuhan paku ini paling banyak terdapat didaerah tropika
meliputi jenis- jenis paku dari yang terkecil ( hanya beberapa mm saja) sampai
terbesar ( yang berupa pohon). Paku yang berupa pohon, batangnya dapat mencapai
besar satu lengan / lebih, umumnya tidak bercabang dan pada ujungnya terdapat
suatu rozet daun. Daun- daun itu menyirip ganda sampai beberapa kali,
panjangnya dapat sampai 3 m, dan jika telah gugur meninggalkan bekas- bekas
yang jelas pada batang. Batang mengeluarkan banyak akar, tetapi jika tidak
dapat masuk kedalam tanah akar- kar itu tidak bertambah panjang, dan karena
rapatnya satu smam lain, seakan akan akar itu menyelumbungi batang. Kambium
menebal sekunder dan tidak mempunyai bagian kayu yang kompak.
Kekuatan batang diperoleh dari berkas- berkas pengangkut yang
masing- masing mempunyai susunan konsentrik, lempengan sklerenkim, dan kadang
kadang batang itu diselumbungi oleh akar pendek.
Kebanyakan tumuhan paku berupa terna dengan rimpang yang
mendatar / bangkit ujungnya, dan biasanya jarang bercabang. Untuk pertumbuhan
memanjang warga Leptosporangiatae mempunyai
satu sel pemula yang besar pada ujung batangnya.
Jika pada mikrofil Lycopondiinae
hanya terdapat satu tulang daun, pada daun Filicinae tulang- tulang daunnya bercabang- cabang dengan macam-
macam pola. Pada kebanyakn Filicinae batang,
tangai daun, kadang sebagian daun tertutup oleh suatu lapisan rambut yang
berbentuk sisik yang dinamakn palea.
Sporangium terbentuk dalam jumlah besar pada sisi bawah daun.
Biasanya sprofil mempunyai bentuk yang sama dengan daun- duan steril, hanya
pada beberapa jenis saja sporofil berbeda dengan trofil.
Semua warga Filices(Leptosporangiatae)
menghasilkan isopora.dari spora itu tumbuh protalium, yang paling banyak
hanya mencapai panjang beberapa cm saja dengan umur yang terbatas.
Sporofit untuk sementara waktu hidup sebagai parasit pada
protalium dan menyerap makanan dari protaliummnya dengan perantara haustorium
sampai protalium itu mati. Akar yang pertama terbentuk lalu diganti oleh akar
berikutnya. Letaknya sumbu polaritas embrio tak dapat diubah olehgaya berat
maupun oleh cahaya.
Pada daun- daun seringkali terbentuk tunas- tunas adventif(
tunas liar) yang dapat terlepas dan berguna sebagai alat berkembang biak
vegetatif. Protalium dapat pula terbentuk tumbuhan paku baru tanpa pembuahan,
jadi secara apogam dan apospor.
Leptosporangiatae dibedakan dalam 3
golongan, yaitu:
1.
Simplices : sporangium didalam
sorus terjadi secara serempak.
2.
Gradatae: sporangium didalam
sorus timbulnya dari atas ke bawah ( basipetal)
3.
Mixtae : pembentukan
sporangium didalam sorus tidak beraturan.
Ordo Schizaeaceae
Sporangium tidak bertangkai/ hampir tidak bertangkai,
terpisah- pisah, waktu masak membuka dengan suatu celah membujur. Anulus
pendek, tetapi terang, letaknya melintang dekat ujung sporangium. Bagian daun
yang fertil mempunyai bentuk yang berlainan dengan bagian yang steril. Pada
paku ini terdapat rambut/ sisik- sisik. Dalam ordo ini termasuk genus dari Schizaea dan Lygodium.
Klasifikasi dari Lygodium:
Regnum : Plantae
Divisio : Pteridophyta
Class : Pteridopsida
Ordo : Schizaeaceae
Family : Lygodiaceae
Genus : Schizaea
Spesies : Lygodium
circinnatum
Gambar 1. Lygodium
circinnatum
Spesies ini ditemukan dipingiran jalan sungai ulin, membelit
dipohonan. Jumlah spesies ini disana tidak terlalu banyak. Potensi dari spesies
ini belum diketahui secara jelas, tetap tanamn ini tumbuh( hidup) sebgai
parasit ditanaman lain.
Ordo Gleicheniaceae
Sorus hanya
mengandung sedikit sporangium tanpa tangkai dan membuka dengan satu celah
membujur, anulus melintang. Paku ini mempunyai sisik- sisik. Sotus tidak
tertutup indisiu. Dari ordo ini yang paling terkenal ialah marga Glechenia linearis.
Klasifikasi
Regnum : Plantae
Divisio
:
Pteridophyta
Class : Gleicheniopsida
Ordo : Gleicheniacealis
Species : Glechenia linearis Gambar 2. Glechenia linearis
Glechenia
linearis berdaun panjang dengan bagian- bagian yangmenyirip. Ujungnya sering sampai
lama kuncup, beberapa diantaranya bersifat xerofit atau kremnofit. Potensi dari
spesies ini adalah untuk perlindungan sementara pada persemaian- persemaian.
Tanaman ini kami dapatkan di sekitar jalan trikora.
Ordo Hymenophllaceae
Kebanyakan berupa tumbuhan paku yang
kecil dan seringkali atas 1 sel saja. Sorus pada tepi daun, mempunyai indisium
berbentuk piala/ bibir sporangium tanpa tankai dengan cincin yang sempurna
dengan letak / sorong melintang. Protalium bebentuk pita/ benang.
Paku ini
amat banyak terdapat didaerah tropika, hidup sebagai epifit, dan suka akan
tempat- tempat yang lembab, tetapi ada pula beberapa jenis yang menyukai
habitat yang kering
Klasifikasi dari Trichomanes
palmatifidum:
Regnum :
Plantae
Divisio :
Pteridophyta
Class :
Filicopsida
Ordo : Hymenophyllalles
Family :
Hymenophyllaceae
Genus :
Hymenophyllum
Species : Trichomanes palmatifidum
Gambar 3. Trichomanes
palmatifidum
Jenis paku
ini kami temukan didaerah sungai ulin dipinggiran jalan, tetapi tidak ditempat
yang panas.
Ordo Polypodianceae
Davallieae merupakan sub ordo dari Polydianceae sorus dengan indisium bebentuk piala atau sisik pada tepi daun. Dalam anak ini termasuk terdapat di daerah Palaetropis. Sorus bulat/ memanjng, terdapat pada sisi bawah daun, sepanjang tepi/ dekat dengan tepi daun, terpisah- pisah. Indisium pada pangkal dan kanan kirinya berlekatan dengan permukaan daun, sehingga bentuknya kurang lebih seperti piala dan terbuka pada arah tepi daun. Daun menyirip ganda dua atau lebih, dengan urat- urat yang bebas. Rimpang merayap dengan ruas- ruas yang panjang, bersisik rapat,. Sisik berwarna pirang. Termasuk paku epifit / paku tanah.
Klasifikasi :
Regnum : Plantae
Divisio : Pteridophyta
Classis
: Filicinae
Ordo : Filices
Familia : Polypodiaceae
Genus : Davallia
Spesies
: Davallia trichomanoides
Tumbuhan paku memiliki beberapa nilai ekonomis bagi kehidupan manusia, antara lain sebagai berikut:
1. Tanaman hias, contohnya suplir dan paku ekor kuda
2. Untuk sayuran, misalnya semanggi dan beberapa jenis daun tumbuhan
paku yang masih muda.
3. Bahan obat-obatan, misalnya paku kawat
4. Pupuk hijau, mislanya Azolla pinnata yang bersimbiosis dengan
Anabaena azollae (ganggang hijau-biru) dapat mengikat nitrogen bebas dari
udara.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1.
Jenis paku dari segi cara hidupnya ada jenis- jenis paku yang
hidup terestrial ( paku tanah), ada
paku epifit, dan ada paku air.
2.
Filicinae yang sekarang masih
hidup dibedakan dalam 3 anak kelas Yaitu:
I. Eusporangiatae
II. Leptosporangiatae( Filices)
III. Hydropterdes
3.
Daun yang masih muda selalu tergulung, dan sifat ini sangat
karakteristik bagi warga Filicinae umumnya.
4.
Sporangium terbentuk dalam jumlah besar pada sisi bawah daun.
5.
Manfaat dan habitat
tanaman paku.
3.2 Saran
Sebaiknya dalam perkuliahan materi Pteridophyta diberikan
gambaran tentang tanamannya dan potensinya agar dapat dikembangkan lagi.