Twitter

Rabu, 20 Februari 2013

makalah Pteridophyta


BAB I
PENDAHULUAN
1.1       Latar Belakang
Ditingkat Internasional, Indonesia dikenal sebagai salah satu pusat keanekaragaman sumber daya alam hayati tertinggi didunia, jauh lebih tinggi daripada Amerika Latin dan Afrika Tropis. Apalagi jika dibandingkan dengan daerah beriklim sedang dan dingin. Ada sekitar 28.000 jenis tumbuhan yang ditemukan di Indonesia, dari 230.000 jenis tumbuhan yang dikenal di dunia.
Satu hal yang sangat ironis, kekayaan hayati yang tidak ternilai harganya tersebut tidak disadari oleh semua warga negara Indonesia. Kenyataan ini nampak dengan tidak terpeliharanya hutan dengan baik di Indonesia. Salah satu contoh terbakarnya hutan pada tahun 1998 yang telah memusnahkan 4.5 juta hektar hutan. Kenyataan lain kurang pedulinya warga terhadap kekayaan alam hayati adalah kurangnya peneliti-peneliti Indonesia yang tertarik pada penelitian–penelitian tumbuh-tumbuhan di Indonesia.
Apa itu Pteridophyta...???
Dalam dunia tumbuhan, para ahli taksonomi membagi tumbuhan dalam dua kelompok yang diberi nama Cryptogamae dan Phanerogamae. Cryptogamae (cryptos=tersembunyi, gamos=alat perkawinan) ialah golongan tumbuhan yang memiliki alat perkawinan tersembunyi atau tidak jelas, contohnya alga, lumut, dan paku-pakuan. Phanerogamae (Phaneros=tampak jelas) ialah tumbuhan yang memiliki alat perkawinan jelas terlihat atau terbuka, meliputi semua tumbuhan berbunga (Anthophyta) dan tumbuhan yang menghasilkan biji (Spermatophyta).
Pteridophyta merupakan tumbuhan kormus (dapat dibedakan akar, batang, dan daunnya). Pteridophyta berasal dari bahasa Greek, yaitu Pteron=sayap, buku. Pteridophyta adalah tumbuhan kormus yang menghasilkan spora, dan memiliki susunan dan yang umumnya membentuk bangun sayap (menyirip) dan pada bagian pucuk tumbuhan itu terdapat bulu-bulu.
Tumbuhan paku merupakan suatu divisi yang warganya telah jelas mempunyai kornus, artinya tubuhnya dgn nyata dapat dibedakan dalam tiga bagian pokoknya, yaitu akar, batang, dan daun. dan berpembuluh yang paling sederhana. Terdapat lapisan pelindung sel (jaket steril) di sekeliling organ reproduksi, sistem transpor internal, hidup di tempat yang lembap. Akar serabut berupa rizoma, ujung akar dilindungi kaliptra. Sel-sel akar membentuk epidermis, korteks, dan silinder pusat (terdapat xilem dan fleom).
Namun demikian, pada tumbuhan paku belum dihasilkan biji. Seperti warga divisi- divisi lainnya yang telah dibicarakan sebelumnya, alat perkembangbiakan tumbuhan paku yang utama adalah spora.
Warga tumbuhan paku amat heterogen, baik ditinjau dari segi habitus maupun cara  hidupnya, lebih – lebih bila diperhitungkan pula jenis paku yang telah punah. Ada jenis – jenis paku yang sangat kecil dengan daun- daun yang kecil- kecil pula dengan struktur yang masih sangat sederhana, ada pula yang besar dengan daun- daun yang mencapai ukuran panjang sampai 2 m. Atau lebih dengan struktur yang rumit. Tumbuhan paku purba ada yang mencapai tinggi 30 mdengan garis tengah batang sampai 2 m. Dari segi cara hidupnya ada jenis- jenis paku yang hidup terestrial ( paku tanah), ada paku epifit, dan ada paku air.
Jenis- jenis paku sekarang jumlahnya relatif kecil ( lebih kecil bila dibandingkan dengan divisi lainnya) dapat dianggap sebagai relik ( peninggalan). Jenis- jenis yang sekarang sebagian besar bersifat higrofit. Mereka lebih menyukai tempat tempat teduh dengan derajat kelembaban yang tinggi, paling besar mencapai ukuran beberapa meter saja.
1.2       Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui jenis paku dari anak kelas filices ( Leftosprorangiate ), cara penyebaran, dan serta potensi dari tanaman ini.








BAB II
ISI
Kelas Filicinae meliputi beraneka ragam tumbuhan yang menurut bahasa sehari – hari dikenal sebagai tumbuhan paku/ pakis yang sebenarnya. Dari segi ekologi tumbuhan ini termasuk higrofit, banyak tumbuh ditempat- tempat teduh dan lembab, sehingga di tempat- tempat yang terbuka dapat mengalami kerusakan akibat penyinaran yang terlalu intesif. Ditinjau dari lingkungan hidupnya, warga kelas ini dapat dibedakan dalam 3golongan paku yaitu: paku tanah, paku air, dan paku epifit. Berbagai jenis jadi penyusun “ undergrowth” dalam hutan- hutan di daerah pegunungan dan hutan subtropika basah.
Dalam pembutan makalah ini kami mengambil anak kelas Leptosporangiatae( Filices) dalam golongan ini terdiri atas beraneka ragam paku- pakuan yang luar biasa banyaknya, meliputi ± 90 % dari seluruh jumlah marga yang tergolong dalam Filicinae dan tersebar di seluruh muka bumi.
1. Karakteristik Filicinae
Golongan ini terdiri dari beraneka ragam paku-pakuan yang luar biasa banyaknya, meliputi kurang lebih 90% dari jumlah seluruh marga yang tergolong dalam filicinae dan tersebar diseluruh bumi. Terdapat didaerah tropik, paku yang berupa pohon , batangnya dapat mencapai besar satu lengan atau lebih, umumnya tidak bercabang dan pada ujungnya terdapat suatu roset daun. Daun-daun itu menyirip ganda sampai berapa kali, panjangnya dapat mencapai 3 meter, dan jika gugur meninggalkan bekas-bekas yang jelas pada batang. Batang mengeluarkan banyak akar, tetapi jika tidak dapat masuk dalam tanah akar-akar itu bertambah panjang , kambium tidak ada, jadi batang tidak mengalami pertumbuhan sekunder, dan tidak mempunyai bagian kayu yang kompak. Kebanyakan tumbuhan paku adalah herba dengan rimpang yang mendatar, daun yang masih muda selalu menggulung, dan sifat ini sangat karakteristik bagi warga fiicinae pada umumnya. Hal ini disebabkan oleh sel-sel pada sisi bawah daun lebih cepat pertumbuhannya. Tulang daunnya bercabang-cabang denga beberapa pola.
Semua warga Filicinae mempunyai daun yang besar( makrofil), bertangkai, mempunyai banyak tulang – tulang. Waktu masih muda daun itu  tergulung pada ujungnya, dan pada sisi bawah mempunyai banyak sporangium.
            Filicinae yang sekarang masih hidup dibedakan dalam 3 anak kelas Yaitu:
1.      Eusporangiatae
2.      Leptosporangiatae( Filices)
3.      Hydropterdes
Tumbuhan paku ini paling banyak terdapat didaerah tropika meliputi jenis- jenis paku dari yang terkecil ( hanya beberapa mm saja) sampai terbesar ( yang berupa pohon). Paku yang berupa pohon, batangnya dapat mencapai besar satu lengan / lebih, umumnya tidak bercabang dan pada ujungnya terdapat suatu rozet daun. Daun- daun itu menyirip ganda sampai beberapa kali, panjangnya dapat sampai 3 m, dan jika telah gugur meninggalkan bekas- bekas yang jelas pada batang. Batang mengeluarkan banyak akar, tetapi jika tidak dapat masuk kedalam tanah akar- kar itu tidak bertambah panjang, dan karena rapatnya satu smam lain, seakan akan akar itu menyelumbungi batang. Kambium menebal sekunder dan tidak mempunyai bagian kayu yang kompak.
Kekuatan batang diperoleh dari berkas- berkas pengangkut yang masing- masing mempunyai susunan konsentrik, lempengan sklerenkim, dan kadang kadang batang itu diselumbungi oleh akar pendek.
Kebanyakan tumuhan paku berupa terna dengan rimpang yang mendatar / bangkit ujungnya, dan biasanya jarang bercabang. Untuk pertumbuhan memanjang warga Leptosporangiatae mempunyai satu sel pemula yang besar pada ujung batangnya.
Jika pada mikrofil Lycopondiinae hanya terdapat satu tulang daun, pada daun Filicinae tulang- tulang daunnya bercabang- cabang dengan macam- macam pola. Pada kebanyakn Filicinae batang, tangai daun, kadang sebagian daun tertutup oleh suatu lapisan rambut yang berbentuk sisik yang dinamakn palea.
Sporangium terbentuk dalam jumlah besar pada sisi bawah daun. Biasanya sprofil mempunyai bentuk yang sama dengan daun- duan steril, hanya pada beberapa jenis saja sporofil berbeda dengan trofil.
Semua warga Filices(Leptosporangiatae) menghasilkan isopora.dari spora itu tumbuh protalium, yang paling banyak hanya mencapai panjang beberapa cm saja dengan umur yang terbatas.
Sporofit untuk sementara waktu hidup sebagai parasit pada protalium dan menyerap makanan dari protaliummnya dengan perantara haustorium sampai protalium itu mati. Akar yang pertama terbentuk lalu diganti oleh akar berikutnya. Letaknya sumbu polaritas embrio tak dapat diubah olehgaya berat maupun oleh cahaya.
Pada daun- daun seringkali terbentuk tunas- tunas adventif( tunas liar) yang dapat terlepas dan berguna sebagai alat berkembang biak vegetatif. Protalium dapat pula terbentuk tumbuhan paku baru tanpa pembuahan, jadi secara apogam dan apospor.
Leptosporangiatae dibedakan dalam 3 golongan, yaitu:
1.      Simplices : sporangium didalam sorus terjadi secara serempak.
2.      Gradatae: sporangium didalam sorus timbulnya dari atas ke bawah ( basipetal)
3.      Mixtae : pembentukan sporangium didalam sorus tidak beraturan.
Ordo Schizaeaceae
Sporangium tidak bertangkai/ hampir tidak bertangkai, terpisah- pisah, waktu masak membuka dengan suatu celah membujur. Anulus pendek, tetapi terang, letaknya melintang dekat ujung sporangium. Bagian daun yang fertil mempunyai bentuk yang berlainan dengan bagian yang steril. Pada paku ini terdapat rambut/ sisik- sisik. Dalam ordo ini termasuk genus dari Schizaea dan Lygodium.


IMG_0004Klasifikasi dari Lygodium:
Regnum : Plantae
Divisio   : Pteridophyta
Class      : Pteridopsida
Ordo      : Schizaeaceae
Family   : Lygodiaceae
Genus    : Schizaea
Spesies  : Lygodium circinnatum            
 Gambar 1. Lygodium circinnatum
Spesies ini ditemukan dipingiran jalan sungai ulin, membelit dipohonan. Jumlah spesies ini disana tidak terlalu banyak. Potensi dari spesies ini belum diketahui secara jelas, tetap tanamn ini tumbuh( hidup) sebgai parasit ditanaman lain.
Ordo Gleicheniaceae
            Sorus hanya mengandung sedikit sporangium tanpa tangkai dan membuka dengan satu celah membujur, anulus melintang. Paku ini mempunyai sisik- sisik. Sotus tidak tertutup indisiu. Dari ordo ini yang paling terkenal ialah marga Glechenia linearis.
Glechenia linearisKlasifikasi
Regnum         : Plantae
Divisio             : Pteridophyta                                              
Class              : Gleicheniopsida
Ordo               : Gleicheniacealis
Family             : Gleicheniaceae
Genus              : Gleichenia
Species            : Glechenia linearis                 Gambar 2. Glechenia linearis
            Glechenia linearis berdaun panjang dengan bagian- bagian yangmenyirip. Ujungnya sering sampai lama kuncup, beberapa diantaranya bersifat xerofit atau kremnofit. Potensi dari spesies ini adalah untuk perlindungan sementara pada persemaian- persemaian. Tanaman ini kami dapatkan di sekitar jalan trikora.
Ordo Hymenophllaceae
            Kebanyakan berupa tumbuhan paku yang kecil dan seringkali atas 1 sel saja. Sorus pada tepi daun, mempunyai indisium berbentuk piala/ bibir sporangium tanpa tankai dengan cincin yang sempurna dengan letak / sorong melintang. Protalium bebentuk pita/ benang.
            Paku ini amat banyak terdapat didaerah tropika, hidup sebagai epifit, dan suka akan tempat- tempat yang lembab, tetapi ada pula beberapa jenis yang menyukai habitat yang kering
Klasifikasi dari Trichomanes palmatifidum:
Regnum           : Plantae
Divisio             : Pteridophyta
Class                : Filicopsida
Ordo                : Hymenophyllalles
Family             : Hymenophyllaceae
Genus              : Hymenophyllum
Species            : Trichomanes palmatifidum
IMG_0009
                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                                               




           
           

Gambar 3. Trichomanes palmatifidum
            Jenis paku ini kami temukan didaerah sungai ulin dipinggiran jalan, tetapi tidak ditempat yang panas.

Ordo Polypodianceae

          Davallieae merupakan sub ordo dari Polydianceae sorus dengan indisium bebentuk piala atau sisik pada tepi daun. Dalam anak ini termasuk terdapat di daerah Palaetropis. Sorus bulat/ memanjng, terdapat pada sisi bawah daun, sepanjang tepi/ dekat dengan tepi daun, terpisah- pisah. Indisium pada pangkal dan kanan kirinya berlekatan dengan permukaan daun, sehingga bentuknya kurang lebih seperti piala dan terbuka pada arah tepi daun. Daun menyirip ganda dua atau lebih, dengan urat- urat yang bebas. Rimpang merayap dengan ruas- ruas yang panjang, bersisik rapat,. Sisik berwarna pirang. Termasuk paku epifit / paku tanah.

Klasifikasi :

Regnum : Plantae
Divisio   : Pteridophyta
Classis   : Filicinae
Ordo      : Filices
Familia   : Polypodiaceae
Genus    : Davallia
Spesies   : Davallia trichomanoides












Tumbuhan paku memiliki beberapa nilai ekonomis bagi kehidupan manusia, antara lain sebagai berikut:
1. Tanaman hias, contohnya suplir dan paku ekor kuda
2. Untuk sayuran, misalnya semanggi dan beberapa jenis daun tumbuhan paku yang masih muda.
3. Bahan obat-obatan, misalnya paku kawat
4. Pupuk hijau, mislanya Azolla pinnata yang bersimbiosis dengan Anabaena azollae (ganggang hijau-biru) dapat mengikat nitrogen bebas dari udara.


















BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
1.      Jenis paku dari segi cara hidupnya ada jenis- jenis paku yang hidup terestrial   ( paku tanah), ada paku epifit, dan ada paku air.
2.      Filicinae yang sekarang masih hidup dibedakan dalam 3 anak kelas Yaitu:
                                   I.   Eusporangiatae
                                II.   Leptosporangiatae( Filices)
                             III.   Hydropterdes
3.      Daun yang masih muda selalu tergulung, dan sifat ini sangat karakteristik bagi warga Filicinae umumnya.
4.      Sporangium terbentuk dalam jumlah besar pada sisi bawah daun.
5.      Manfaat  dan habitat tanaman paku.
3.2  Saran
Sebaiknya dalam perkuliahan materi Pteridophyta diberikan gambaran tentang tanamannya dan potensinya agar dapat dikembangkan lagi.

PERILAKU MAKAN HEWAN PORIFERA DAN CNIDARIA


BAB I
PENDAHULUAN

1.1              Latar Belakang
Porifera merupakan hewan yang berlubang-lubang kecil atau hewan berpori. Hewan berpori juga disebut hewan spons (sponge). Lubang-lubang tersebut digunakan untuk jalan masuknya air yang mengandung plankton ke dalam tubuh. Hampir semua hewan Porifera hidup dilaut, dan hanya satu famili yang hidup di air tawar, yakni famili Spongillidae. Pada umumnya Porifera hidup di lautan yang airnya tenang, tidak memiliki arus yang kuat, dan airnya jernih.
Cnidaria bersama Ctenophora digolongkan ke dalam kelompok notakson yang disebut Coelenterata. Coelenterata berasal dari kata koilos yang berarti rongga tubuh atau selom dan enteron yang berarti usus, yang membentuk solenteron yang artinya rongga yang berfungsi sebagai usus.Hewan ini tidak memiliki usus yang sebenarnya, ususnya hanya berupa rongga tubuh. Cnidaria hidup diair tawar atau air laut, termasuk didalamnya hewan karang, Hydra dan ubur-ubur.
Meihat dari adanya kesamaan dari Porifera dan Cnidaria dalam hal perilaku makan, maka diperlukan adanya pembahasan lebih lanjut mengenai apa saja yang persamaan dan perbedaan perilaku makan dari kedua hewan berpori ini
1.2                Tujuan
Tujuan dari pebuatan makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana perilaku makan Porifera dan Cnidaria, dan apa saja perbedaan serta persamaan dari perilaku makan tersebut.
1.3                Rumusan Masalah
1.           Bagaimana perilaku makan porifera dan bagian tubuh apa saja yang berperan pada siklus pencernaannya?
2.           Bagaimana perilaku makan Cnidaria dan bagian tubuh apa saja yang berperan pada siklus pencernaannya?
3.           Apa persamaan dan perbedaan dari perilaku makan Porifera dan Cnidaria


BAB II
ISI

2.1       Perilaku Makan Hewan Porifera

Porifera artinya hewan yang berlubang-lubang kecil atau hewan berpori. Hewan berpori juga disebut hewan spons (sponge). Lubang-lubang tersebut digunakan untuk jalan masuknya air yang mengandung makanan ke dalam tubuh. Porifera hidup secara heterotrof. Makanan porifera antara lain protozoa kecil, bakteri dan partikel organik yang mengendap dari permukaan air. Makanan yang masuk kedalam tubuhnya berbentuk cairan. Pencernaan dilakukan secara intraseluler di dalam koanosit dan amoebosit
. Porifera mengambil makanan dengan cara menyaring makanan yang terlarut dalam air. Flagel menarik bakteri, protozoa dan alga yang melekat pada leher dari sel koanosit, kemudian air dialirkan ke dalam vakuola yang terdapat di pangkal koanosit untuk dicerna.  Bahan makanan yang sudah dicerna akan diedarkan ke seluruh bagian tubuh oleh sel amebosit. Sisa hasil pencernaan dikeluarkan ke spongiosel dan dibuang keluar tubuh melalui osskulum.
Bentuk paling sederhana dari spons adalah seperti kantong yang kaku dan berpori
Tubuh Porifera terdiri atas bagian-bagian sebagai berikut:
a.      Oskulum : saluran penyebaran air dari tubuh. Tempat air keluar dari   spongiosel.
b.      Ostium atau apurturea : lubang kecil tempat masuknya air ke dalam tubuh. Lubang pada porosit.
c.       Paragaster atau spongiosel : saluran yang terdapat di bagian tengah tubuh. Ruang kosong di dalam kantong.
d.      Dinding tubuh yang tersusun atas :
1)         Pinakosit : sel pelapis tubuh bagian luar, lapisan sel-sel yang berbentuk pipih
2)         Porosit : sel berlubang yang di dalamnya terdapat ostia.
3)      Miosit : sel otot yang mengelilingi porosit dan oskulum. Berfungsi untuk membuka dan menutup sel porosit dan oskulum. Jika miosit mengeut, maka sel porosit dan oskulum akan menutup.
4)         Koanosit : sel pelapis dinding spongiosel dan berfungsi untuk mencerna  makanan secara intrasel. Pada ujung sel terdapat flagela, sedangkan pada bagian pangkal terdapat vakuola.
5)      Amebosit : sel penghasil matriks pada lapisan tengah tubuh. Sel ini berfungsi untuk mengedarkan zat makanan dan dapat berubah fungsi menjadi ovum dan sperma.
6)      Skleroblas : sel penghasil spikula yang berfungsi sebagai rangka tubuh.
struktur tubuh-porifera
Gambar 1. Struktur Tubuh Porifera
Keluar masuknya makanan yang berupa air yang mengandung plankton pada porifera terdiri dari 3 tipe saluran, yaitu :
1)  Tipe Askon yaitu, sistem saluran air yang paling sederhana, secara berurutan terdiri atas ostia, spongiosel, dan oskulum. Contohnya: Leucosolenia dan Clatharina blanca.
2)  Tipe Sikon yaitu, saluran airnya meliputi ostia, saluran radial yang tidak bercabang, spongiosel dan oskulum. Contohnya : Pheronema sp., Schypa, dan Sycon gelatinosum.
3) Tipe Leukon (ragon) yaitu, tipe paling rumit. Salurannya terdiri atas ostia, saluran radial yang bercabang-cabang, spongiosel dan oskulum. Contohnya: Euspongia officinalis dan Euspongia mollissima.
a1.jpg
Gambar 2. Siklus makan pada hewan protozoa

a6.jpg
Gambar 3. Tipe saluran air pada porifera
2.2       Perilaku Makan Hewan Cnidaria
            Cnidaria mempunyai rongga besar di tengah-tengah tubuhnya yang berfungsi seperti usus pada hewan-hewan tingkat tinggi. Rongga itu disebut rongga Gastrovaskuler. Tentakel disekitar mulutnya yang berfungsi untuk menangkap dan memasukkan makanan ke dalam tubuhnya. Tentakel vang dilengkapi sel Knidoblas yang mengandung racun sengat disebut Nematokis (ciri khas dari hewan berongga).
Tubuh Cnidaria memiliki dua lapisan sel (jaringan), yang luar disebut epidermis dan yang dalam disebut gastrodermis (endodermis). Kedua jaringan tersebut dipisahkan oleh lapisan mesoglea yang berisi gelatin dan sel-sel syaraf. Sebuah rongga gastrovascular (coelenteron) memiliki satu lubang yang berfungsi sebagai mulut sekaligus anus. Terdapat tentakel pada mulut/anus.
Alat pencernaan dari Cnidaria yaitu:
1. Rongga mulut yang dikelilingi oleh tentakel. Tentakel berfungsi menangkap, melilit dan memasukkan makanan ke dalam mulut
2.   Rongga gastrovaskuler, berfungsi mencerna sekaligus mengedarkan hasil pencernaan.
3.   Bahan sisa pencernaan dikeluarkan kembali melalui mulut yang berfungsi  juga sebagai anus dan belum memiliki alat ekskresi, respirasi dan darah.
cnidariastructure.jpg
Gambar 4. Bagian tubuh Cnidaria
BAB III
PENUTUP

3.1       Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari pembahasan mengenai pola makan hewan Porifera dan Cnidaria, adalah :
1.      Porifera mengambil makanan dengan cara menyaring makanan yang terlarut dalam air. Kemudian makanan yang telah masuk dalam tubuh akan dicerna dan diedarkan oleh sel koanosit dan amebosit
2.      Porifera memiliki tiga tipe saluran air, yakni askon, sikon dan leukon.
3.      Cnidaria mempunyai rongga besar di tengah-tengah tubuhnya yang berfungsi seperti usus pada hewan-hewan tingkat tinggi yang disebut gastrovaskuler yang berfungsi sebagai mulut sekaligus anus.
4.      Cnidaria mengambil makanan dengan menggunakan tentakel disekitar mulutnya, kemudian memasukkan ke dalam tubuhnya lalu dicerna dan diedarkan ke seluruh tubuh oleh gastrovaskuler. Makanan yang tersisa akan dikeluarkan melalui gastovaskuler itu sendiri.
5.      Porifera dan Cnidaria memilki kesamaan perilaku makan yakni, sama-sam memiliki pori di tubuhnya dan memasukkan, mencerna serta mengeluarkan sisa makanan tersebut dalam satu lubang yang sama.
6.      Pada Porifera kerja saluran pencernaan dilakukan oleh sel konosit dan amebosit dan dikeluarkan oleh ostium, sedangkan pada Cnidaria kerja saluran pencernaan dilakukan oleh rongga gastrovaskuler.
           
3.2       Saran
            Saran yang dapat kami berikan untuk makalah ini diharapkan agar dapat memberikan pengetahuan yang lebih dalam mengenai perilaku makan Porifera dan Cnidaria sehingga mengetahui perbadaan dan persamaan dalam siklus pencernaannya.