Twitter

Minggu, 06 Januari 2013

Kultur Jaringan


LAPORAN PRAKTIKUM
KULTUR JARINGAN
PERBANYAKAN TANAMAN
Mawar  (Rosa Sp) DENGAN TEKNIK
KULTUR JARINGAN





 











Oleh :
Nama : Annisa Widyastuty
                                                           NIM   : J1C109035








PROGRAM STUDI S-1 BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2012



BAB I
PENDAHULUAN
1.1         Tujuan
Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengenal alat dan bahan kultur jaringan, pembuatan larutan stok, larutan MS, cara penaburan pucuk bunga mawar ( Rosa sp ) dan mendapatkan tunas dari hasil penaburan tersebut.
1.2         Teori dasar
Mawar merupakan tanaman semak yang berduri/ tanaman memanjat yang tinnginya mencapai 2 – 5 meter. Sebagian besar spesies mempunyai  daun yang panjangnya 5-15 cm. Mawar sebetulnya bukan tanaman trpois, sebagaian besar spesies merontokan seluruh daun dan hanya beberapa spesies yang ada di asia tenggara yang selalu berdaun hijau sepanjang tahun.  Bunga mawar sering ditanam sebagai bunga hiasan, bunga mawar banyak digemari. Oleh karena itu diperlukan suatu metoda/ cara paling efektif dan efisien serta cepat dalam memperkembangbiakkan tanaman mawar.  Kultur jaringan  dapat dipilih untuk mengatasi permasalahan diatas ( Jiyen, 2010).
Kultur jaringan tanaman merupakan salah satu pendekatan budidaya pertanian yang sudah berpijak pada konsep ‘how to created’ yang melengkapi serta memungkinkan peningkatan efektivitas dan produktivitas cara-cara bertanam tradisional dan konvensional. Teknik kultur jaringan memanfaatkan prinsip perbanyakan tumbuhan secara vegetatif. Berbeda dari teknik perbanyakan tumbuhan secara konvensional, teknik kultur jaringan dilakukan dalam kondisi aseptik di dalam botol kultur dengan medium dan kondisi tertentu. Karena itu teknik ini sering kali disebut kultur in vitro yang berarti "di dalam kaca", karena jaringan tersebut dibiakkan di dalam botol kultur dengan medium dan kondisi tertentu (Santoso, 2001).
Kultur jaringan berdasarkan pada prinsip yang disebut totiopotensi. Menurut prinsip itu, sebuah sel atau jaringan tumbuhan, yang diambil dari bagian manapun, akan dapat tumbuh menjadi tumbuhan sempurna kalau diletakkan dalam media yang cocok. Penggunaan media pada kultur jaringan terdiri atas campuran berbagai garam mineral, asam amino, gul, vitamin, dan hormon tumbuhan. Pembuatan media padat, bahan-bahan tersebut dicampur agar-agar, sedangkan untuk membuat media cair, bahan-bahan dilarutkan ke dalam air suling. Pembiakan tanaman dengan cara kultur jaringan harus dilakukan dalam kedaaan steril (Rahardja, 1994).
Metode kultur jaringan ini telah diaplikasikan pada berbagai jenis tanaman, misalnya tanaman tahunan, tanaman hias dan buah-buahan. Penggunaan teknik ini memiliki beberapa keuntungan diantaranya (1) faktor perbanyakan tinggi, (2) tidak tergantung pada musim karena lingkungan tumbuh in vitro terkendali, (3) bahan tanaman yang digunakan sedikit sehingga tidak merusak pohon induk, (4) tanaman yang dihasilkan bebas dari penyakit meskipun induk mengandung patogen internal, (5) tidak membutuhkan tempat yang sangat luas untuk menghasilkan tanaman dalam jumlah banyak (Mariska et al., 1992 dalam Balitbiogen, 2003).
Penggunaan media pada kultur jaringan dapat menggunakan media cair dan media padat. Media cair seringkali digunakan untuk kultur kalus atau sel, dimana jaringan harus dibenamkan pada media untuk menghindari kekeringan. Penggoyangan pada media perlu dilakukan untuk mendapatkan aerasi dan distribusi larutan hara yang merata. Penggoyangan yang cukup keras dapat dilakukan untuk memisahkan sel – sel atau kumpulan kalus. Eksplan mungkin harus disuspensikan pada media cair dengan menggunakan jembatan yang dibuat dari kertas saring atau Sorba rods. Tipe substrat dapat mempengaruhi tipe pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi, misalnya morfologi akar.
Media padat dibuat seperti gel dengan menggunakan agar atau pengganti agar sperti Gelrite atau Phytagel. Konsentrasi agar yang digunakan berkisar antara 0.7 – 1.0%. Pada konsentrasi tinggi agar menjadi sangat keras, sedikit sekali air yang tersedia, sehingga difusi hara ke tanaman sangat buruk. Agar dengan kualitas tinggi seperti Difco BiTek mahal harganya tapi lebih murni, tidak mengandung bahan lain yang mungkin mengganggu pertumbuhan. Pengganti lain seperti gelatin kadang – kadang digunakan pada lab komersial.
Media tanam harus berisi semua zat yang diperlukan untuk menjamin pertumbuhan eksplan. Bahan-bahan yang diramu berisi campuran gram mineral sumber unsur makro dan unsur mikro, gula, protein, vitamin, dan hormon tumbuhan. Pada tubuh tanaman umumnya ditemukan dalam jumlah cukup besar unsur-unsur : karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O), nitrogen (N), belerang/sulfur (S), fospor (P), kalium (K), kalsium (Ca), dan magnesium (Mg). Kesembilan unsur tersebut dinamai unsur makro. Unsur-unsur seperti seng (Zincum = Zn), mangan (Mn), tembaga (Cuprum = Cu), boron (B), molibdenum (Mo), silisium (Si), aluminium (Al), klor (Cl), kobal (Co), dan besi (Ferrum = Fe) ditemukan dalam jumlah kecil, sehingga disebut unsur mikro. Jadi media yang dipakai dalam kultur jaringan mesti secara lengkap berisi unsur makro dan unsur mikro (Rahardja, 1994).
Proses kultur jaringan ini memerlukan proses yang harus selalu steril pada setiap tahapannya, baik itu pada alat yang akan digunakan maupun bahan. Peralatan dapat disterilisasi dengan mencelupkan pada alkohol 70 – 80% yang diikuti dengan pembakaran (flaming) menggunakan Bunsen burner atau lampu spiritus.  Bleach dapat juga digunakan sebagai alternatif untuk mensterilisasi peralatan dengan alkohol.  Larutan klorin encer (0.1 – 0.25% klorin) dapat digunakan. Peralatan harus stainless steel, karena bahan lain akan berkarat dengan cepat jika direndam dalam bleach.
Sterilisasi alat gelas dan metal dapat dilakukan dengan pemanasan misalnya oven. Agar terbebas dari bakteri yang resisten dan partikel spora, pemanasan harus dilakukan terus-menerus dalam waktu yang panjang. Setiap laboratorium yang berbeda memerlukan kajian yang sistematik sendiri tentang berapa besarnya temperatur dan waktu yang diperlukan untuk bisa mematikan mikroorganisme dengan spesifikasi alat yang dipunyai, karena pemahaman tentang hal tersebut akan menjadikan kerja lebih efisisien dan efektif bila sterilisasi dengan sistem pemanasan (Santoso, 2001).
Selain itu, pada bahan juga harus dilakukan proses sterilisasi. Sumber utama kontaminan pada bahan adalah spora jamur dan bakteri yang membentuk bagian alami dari atmosfer.  Dapat diasumsikan bahwa agen kontaminasi ada dimana – mana, misalnya pakaian, kulti, rambut dan nafas si operator, jaringan tanaman, peralatan, bagian luar wadah kultur, permukaan tempat kerja, dan banyak lagi. Udara steril di dalam laminar air flow cabinet memungkinkan kita untuk dengan mudah membuka wadah kultur dan bekerja secara steril.
            Selain itu hal penting lainnya yang harus diperhatikan dalam kultur jaringan dan menjadi hal yang paling menentukan keberhasilan dari metode ini adalah proses sterilisasi. Apabila sterilisasi tidak berhasil, maka proses selanjutnya dalam tahapan kultur jaringan tidak akan berhasil. Proses sterilisasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara mekanik dan kimia (Gunawan, 2007).
            Berikut ini merupakan contoh alat yang selalu ada didalam suatu laboratorium kultur jaringan, yaitu :
a.       Botol erlenmenyer adalah botol berdasarlebar, terbuat dari kaca bening yang tahan panas. Ukuran botol erlenmenyer bermacam-macam, dapat dipilih menurut keperluan. Sebaiknya sediakan cukup banyak botol erlenmenyer dari berbagai ukuran. Botol erlenmenyer dipergunkan sebagai tempat media dan tempat tanam (Rahardja, 1994).
b.      Neraca dipergunakan untuk menimbang bahan-bahan yang dipergunakan untuk membut media tumbuh. Neraca yang dipakai adalah neraca yang dapat menimbang sampai satuan miligram (mg). Neraca yang paling ideal adalah neraca kimia yang biasa dipakai di laboratorium atau apotek (Rahardja, 1994).
c.       Gelas ukur adalah gelas berbentuk tabung, dengan skala pada dindingnya. Guna gelas ukur adalah untuk menakar volume zat cair. Gelas ukur tersedia dalam berbgai ukuran, mulai dari yang kecil, sampai yang besar. Sebaiknya disediakan gelas ukur dalam berbagai ukuran. Untuk memindahkan cairan dalam jumlah kecil, dipki pipet (Rahardja, 1994).
d.      Alat Ukur pH yang paling mudah dipakai dan murah harganya adalah kertas pH universal. Alat ini terdiri atas kertas berupa gulungan seperti pita mesin ketik. Kertas itu akan berubah-ubah warnanya, kalau dimasukkan ke dalam bahan yang pH-nya berbeda. Perubahan warna bergantung pada besarnya pH. Ada juga kertas pH yang lembaran (Rahardja, 1994).
e.       Termometer yang dipakai adalah jenis termometer kimia dan termometer cuaca. Termometer kimia dipergunakan untuk mengukur suhu bahan-bahan media atau mengukur suhu dalam autoklf. Sebaliknya dipilih termometer kimia yang punya batas ukur maksimum lebih dari 1000C (Rahardja, 1994).
f.       Entkas dapat dibuat dari bahan kayu dan kaca. Bentuknya serupa kotak dengan 3 sisi tegak lurus. Salah satu sisi terbuat dari separuh kayu dan separuh kaca. Dinding yang separuh kayu separuh kaca ini terletak di bagian depan. Dinding kaca dibuat miring 400C untuk membuat agar orang yang duduk di muka entkas dapat melongok ke dalamnya. Dengan demikian luas dinding atas entkas hanya separuh bagian dasarnya. Dinding depan yang terbuat dari kaca ini terletak dibagian atas, dan dibuat agar dapat dibuka dan ditutup untuk memasukkan botol dan alat lain (Rahardja, 1994).
g.      Autoklaf  berguna untuk menyucihamakan  media dan alat-alat yang dipakai untuk kultur jaringan. Bakteri dan mikroba lain dapat mati dalam autoklaf akibat suhu yang tinggi dan tekanan besar. Autoklaf merupakan sebuah bejana yang dapat diisi air dan ditutup rapat-rapat. Kalau air dipanaskan, uap yang terjadi tak dapat keluar, sehingga tekanan dalam autoklaf naik sampai lebih tinggi daripada tekanan normal . Kalau dalam keadaan biasa air mendidih pada suhu 1000C, naiknya tekanan uap akan menyebabkan air mendidih di atas 1000C (Rahardja, 1994).
h.      Meja penggojok (shaker) dapat dibuat dari meja biasa. Keempat kakimeja diganti dengan 4 buah per yang kuat. Permukaan atas daun meja diberi kayu pembatas, sehingga membentuk ruang-ruang kecil, cukup untuk meletakkn botol berisi media air. Guna kayubpembatas ini untuk menjaga agar botol tidak berantakan waktu meja bergoyang-goyang (Rahardja, 1994).
Alat gelas lainnya yang biasa digunakan dalam proses pembuatan media adalah : tabung reaksi, cawan petri, beker glass, gelas ukur, pipet, gelas pengaduk, corong, dan pipet ukur. Sedangkan untuk botol kultur bila harganya terlalu mahal dapat digantikan dengan botol selai (besar, kecil atau sedang), botol balsam, botol obat-obatan dari rumah sakit, tabung ginseng, botol minyak ikan dan botol-botol lainnya yang memenuhi syarat mudah digunakan dan tahan pada temperatur sterilisasi (Santoso, 2001).
Peralatan penting yang mutlak diperlukan dan menjadi kendala bila keberadaannya nihil adalah skalpel dan gunting, serta pinset. Ukuran skalpel, gunting dan pinset bermacam-macam, ada yang besar, sedang dan kecil. Bentuknya juga bermacam-macam, ada yang berujung tumpul, runcing, membengkok dan lain-lain. Ragam peralatan tersebut dimaksudkan untuk peruntukan dan keperluan yang berbeda-beda. Beberapa alat yang kadang diperlukan adalah : pisau silet, spatula, pelubang gabus (Santoso, 2001).
Kontaminasi yang terjadi pada tanaman kultur dapat dihindari dengan perlakukan sterilisasi, baik mekanik maupun kimia. Perlakuan sterilisasi secara mekanik dapat dilakukan dengan pembersihan bagian terluar dari tanaman dengan pemotongan atau pengupasan. Sedangkan secara kimia dapat dilakukan menggunakan fungisida, bakterisida, bayclin, HgCl2, antibiotik dan alkohol. Kontaminasi dapat terjadi karena faktor internal maupun eksternal. Sehingga dalam perlakuan sterilisasi harus didapat kombinasi pemakaian bahan kimia dan waktu yang tepat agar mengurangi terjadinya kontaminasi (Gunawan, 2007).

BAB II
METODE PRAKTIKUM
2.1.    Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 18 September 2012 sampai dengan 13 November 2012 setiap hari Selasa pukul 14.00-16.00 wita bertempat di Laboratorium Kultur Jaringan Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru.
2.2         Metode Praktikum
            Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini adalah tabung erlenemeyer, autoklaf, timbangan analitik, hotplate dan magnet stirrer, botol kultur, laminar air flow, pisau, pinset, cawan petri, keranjang wadah botol, lampu bunsen, dan botol pembuangan.
            Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah 50 ml makro nutrient (larutan stock), 10 ml mikro nutrient(larutan stock), 20 ml inositol, 30 gram gula, 1ml vitamin, 10 mL EDTA, 1 ml BAP (sitokinin), 1 ml NAA (auksin), akuades, kertas pH, agar-agar 8 gram, larutan sublimat bayclin 20%, Alkohol 70%,  twen 20%, deterjen, dan pucuk bunga mawar.
2.3.      Prosedur Kerja
1.         Pembuatan larutan
Buat larutan stok makro 1000 ml. masing-masing kita kalikan 20. timbang satu persatu.larutkan dalam 500 ml aquades yang telah dipersiapkan lebih dahulu dalam gelas beaker volume 1000 ml. melarutkannya harus satu persatu untuk menghindarinya adanya fitrifikasi (pengendapan) lalu tara dengan labu ukur 1000 ml. berarti volume stok makro adalah 50 ml / 1 l media.
2.         Pembuatan Media
1.      Masukkan sebanyak 50 ml makro nutrient yang dibuat dari larutan stock ke tabung Erlenmeyer 1000 mL
2.      Tambahkan 10 ml mikro nutrient
3.      Tambahkan 20 ml inositol
4.      Tambahkan 30 gram gula
5.      Tambahkan 1 ml vitamin
6.      Tambahkan 10 mL EDTA
7.      Tambahkan 1 ml BAP (sitokinin) dan 1 ml NAA (auksin)
8.      Tambahkan akuades dan aduk menggunakan magnet stirrer
9.      Ukur pH
10.  Tambahkan agar-agar sebanyak 8 gram
11.  Tambahkan akuades lagi hingga 1000 ml kemudian dipanaskan di atas hot plate  sambil diaduk dengan stirrer.
12.  Setelah dianggap homogen, larutan media dituang ke botol-botol kultur dan dimasukkan ke autoklaf
3.         Penaburan
1.      Potong pucuk bunga mawar dengan panjang  kurang lebih 3 cm.
2.      Cuci dengan deterjen kurang lebih 3 menit.
3.      Potongan pucuk mawar yang sudah dianggap bersih, dibawa masuk ke ruang transfer (ruang laminar).
4.      Pada saat masuk ke dalam ruang laminar, pastikan dalam kondisi steril.
5.      Eksplan (potongan pucuk mawar) dicelupkan ke dalam  botol cuci dengan cara digojlok dengann alkohol 70% 2 menit..
6.      Masukkan eksplan ke dalam botol cuci dengan cara digojlok menggunakan akuades selama 2 menit.
7.      Air sisa gojlokan dibuang ke botol pembuangan setelah setiap pencucian.
8.      Tuangkan larutan sublimat (bayclin) 20 % + twen 20% 2 tetes  hingga agak terendam dan digojlok pelan dan hati-hati selama 20 menit, kemudian buang larutan ke botol pembuangan.
9.      Membilas eksplan ke dalam botol cuci dengan cara digojlok menggunakan akuades selama 2 x 5 menit.
10.  Ambil eksplan dengan menggunakan pinset yang telah disterilkan
11.  Letakkan dalam petridish steril.
12.  Potong sisi-sisi eksplan dengan pisau.
13.  Masukkan potongan eksplan ke dalam botol media yang telah berisi media tumbuh.
14.  Tutup botol media kemudian dilapisi dengan plastic seal di sekeliling tutup botol media.
15.  Inkubasikan di ruang inkubator
16.  Letakkan pada rak-rak kultur.
4.         Destruksi
1.         Pertama-tama kompor dinyalakan
2.         Lalu panci diisi air secukupnya lalu direbus sampai mendidih
3.         Kemudian botol-botol media tanam di masukkan kedalam panci yang sudah     mendidih selama ± 20 menit
4.         Setelah itu botol-botol media tanam di angkat dan di cuci dengan air
5.         Setelah itu botol-botol di masukkan kedalam sterilisasi kering dengan menggunakan oven pada suhu 180ºC selama 2 jam


BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1.      Hasil
Hasil yang diperoleh dari praktikum yang telah dilaksanakan, yaitu sebagai berikut :
No.
Botol
Hasil
Keterangan
1.
Botol 1
Tumbuh
 Tumbuh tunas di ruas batang
2.       
Botol 2
Tidak Tumbuh
Mengalami Browning





3.2.    Pembahasan
Kultur jaringan merupakan salah satu cara yang digunakan dalam usaha perbanyakan suatu tanaman. Praktikum kali ini dilakukan untuk mengetahui apa saja alat dan bahan yang umum digunakan dalam proses kultur jaringan. Laboratorium kultur jaringan yang digunakan memiliki berbagai macam alat dan bahan yang umum  digunakan untuk proses kultur jaringan. Alat yang selalu ada dilaboratorium kultur jaringan diantaranya autoklaf sebagai alat pensteril bahan maupun alat, oven, neraca analitik, pisau scalpel, botol-botol untuk media dan sebagainya. Selain itu juga terdapat berbagai macam media dan bahan sterilan yang biasa digunakan dalam proses kultur jaringan.
Penggunaan alat-alat dalam ruangan laboratorium kultur jaringan ini harus selalu steril. Sebelum memulai semua proses, terlebih dahulu dilakukan sterilisasi terhadap bahan atau alat yang akan digunakan. Sterilisasi ini dapat dilakukan dengan menggunakan Autoclave dan oven. Kedua jenis alat sterilisasi ini menggunakan panas dalam prosesnya.
Praktikum ini dilakukan dengan menggunakan pucuk bunga mawar  (rosa sp) sebagai eksplan. Pemggunaan pucuk mawar karena bagian pucuk merupakan bagian meristem yang mudah cepat tumbuh. Sebelum dilakukan proses pemotongan pada eksplan terlebih dahulu disiapkan media yang akan digunakan, pada kesempatan ini adalah media MS. Medium MS memiliki unsur-unsur dan persenyawaan  yang lebih lengkap dibandingkan dengan medium yang lain. Kadar mineral dalam medium MS relatif lebih tinggi  dibandingkan medium lain. Umumnya mineral-mineral ini dapat mendukung pertumbuhan sel-sel tanaman dalam kultur in vitro.
Medium MS memiliki nitrogen yang tersedia dalam bentuk cairan nitrat dan ammonia sehingga kebutuhan nitrogen akan selalu terpenuhi. Sumber nitrogen lain adalah asam amino yang dapat dimanfaatkan secara langsung oleh jaringan tanaman daripada nitrogen yang terdapat dalam bentuk nitrogen anorganik. Asam amino berperan sebagai bahan pembangun protein.
Pembuatan media MS dilakukan dengan mencampur larutan stock yang mengandung unsur hara makro dan mikro, vitamin dan juga ZPT yang dibutuhkan bagi tanaman yang akan di kultur. Setelah semua bahan siap, larutan media MS di masukkan kedalam 40 botol kultur yang sebelumnya sudah disterilisasi. Saat media sudah membeku kemudian dilanjutkan dengan penaburan pucuk mawar di dalam ruangan steril.
Penaburan dilakukan dengan membersihkan batang pucuk mawar  yang akan digunakan terlebih dahulu dengan deterjen agar potongan batang pucuk mawar menjadi bersih. Setelah itu dilanjutkan dengan pembilasan agar sisa-sisa deterjen pada pucuk mawar menghilang. Kemudian pensterilan dilanjutkan didalam ruang steril sebelum dilakukan proses penanaman. Proses pensterilan didalam ruangan steril ini dilakukan didalam Laminar Air Flow menggunakan  proses penggojlokan alkohol 70% selama  2  menit, aquadest 2 menit, larutan sublimat ( Bayclin ) 20% + twen 20% 2 tetes selama 20 menit, dan aquadest 2x 5 menit.  Proses pembakaran dilakukan berulang sebanyak 3 kali baru kemudian dilanjutkan dengan penggojlokan pada larutan sublimat 2% dan alkohol. Setelah selesai dengan penggojlokan pada larutan sterilan, proses dilanjutkan dengan pembersihan larutan sterilan tersebut pada batang pucuk mawar dengan menggunakan aquades sebanyak 2 kali. Setelah dibersihkan dengan aquades, baru kemudian potongan bantang pucuk mawar  dipotong lagi bagian sisi terluarnya hingga bagian batang yang terkena larutan kimia hilang. Setelah itu baru potongan ditanam pada media MS. Penaburan ini dilakukan sebanyak 2 kali dengan menggunakan 2 potongan bantang pucuk mawar pada 1 kali penaburan yang dilakukan.
Hasil yang didapat dari proses kultur jaringan tanaman pada mawar ini dilihat setelah 2 minggu inkubasi. Setelah proses inkubasi tersebut, dapat dilihat pada potongan batang pucuk mawar yang ditanam tumbuh tunas  dengan warna hijau keputihan yang berada pada ruas . Pada 4 botol kultur media MS yang berisi masing-masing 1 potongan batang pucuk mawar, tunas yang tumbuh hanya di botol 1. Sedangkan pada potongan batang pucuk mawar yang lain terjadi kontaminasi browning ditandai dengan pencoklatan (Browning) pada bagian terluarnya. Kedua gangguan ini menyebabkan tunas tidak dapat tumbuh pada potongan pucuk mawar.
Hasil tunas yang didapat pada potongan batang pucuk mawar yang telah dikultur ini dapat lagi dilakukan subkultur untuk memindahkan tunas kemedia baru. Tunas yang dipindahkan kedalam media baru inilah yang nantinya akan menjadi tanaman baru dan dapat tumbuh. Banyaknya tumbuhan yang didapat tergantung dari berapa banyak tunas yang terbentuk pada potongan batang pucuk mawar yang sudah dikulturkan.
Selain itu, pada praktikum ini juga dilakukan proses aklimatisasi pada plantlet anggrek. Proses ini dilakukan pada akhhir kegiatan praktikum. Proses dimulai dengan mengeluarkan anggrek yang sudah membentuk plantlet dan memiliki bagian tanaman yang utuh. Setelah dikeluarkan, anggrek dibersihkan dan direndam didalam larutan fungisida untuk membunuh fungi yang kemungkinan ada pada plantlet tersebut. Kemudian baru tanaman anggrek ditanam pada pot kecil yang ada dirumah kaca.
Pembentukan tunas dalam kultur jaringan dapat terbentuk secara langsung dan tidak langsung. Pembentukan secara tidak langsung misalnya dengan terlebih dahulu membentuk kalus atau disebut sebagai tunas adventif. Semakin banyak tunas yang terbentuk maka akan semakin banyak pula bibit yang didapatkan. Perangsangan pembentukan tunas ini dapat dilakukan dengan penambahan sitokinin sedangkan untuk memacu pertumbuhan akar digunakan auksin. Golongan sitokinin misalnya BA (Benzil Adenin), BAP (Benzil amino purin), kinetin (furfuril amino purin) dan zeatin. Golongan auksin misalnya IAA (indole acetic acid), NAA (Naphtalene acetic acid) dan IBA (indole butiric acid) (Lestari, 2011).


BAB IV
PENUTUP
4.1     KESIMPULAN
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari pengamatan maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1.         Teknik kultur jaringan mensyaratkan kondisi steril baik ruang, peralatan, bahan maupun seluruh rangkaian kerjanya.
2.         Media kultur terdiri dari hara essensial (makro dan mikro), sumber energi (karbon), air, agar, vitamin, dan zat pengatur tumbuh. Selain itu, dapat pula ditambahkan komponen lain seperti senyawa organik dan senyawa kompleks lainnya.
3.         Larutan stok dibuat untuk memudahkan dalam pengerjaan pembuatan media dan untuk menghindari kesalahan dalam hal menimbang terutama pada unsur hara atau vitamin yang sangat kecil.
4.         Media yang digunakan adalah media MS yaitu medium yang memiliki unsur-unsur dan persenyawaan  yang lebih lengkap dibandingkan dengan medium yang lain
5.         Hasil pengamatan setelah 2 minggu didapat hasil kultur jaringan bunga mawar yang menghasilkan tunas.
4.2         SARAN
Sebaiknya pada saat penaburan, praktikan dapat lebih hati-hati dalam proses pemotongan bagian mawar dan pembuatan sterilan agar hasil kultur yang didapat bagus dan menghasilkan tunas yang baik.


DAFTAR PUSTAKA
Gunawan, I. 2007. Perlakuan Sterilisasi Eksplan Anggrek Kuping Gajah (Bulbophyllum beccarii Rchb.f) dalam Kultur In Vitro. Skripsi. Fak. Kehutanan, Institut Pertanian Bogor.

Jiyen. 2010. Mawar.
          http://culturejaringa.blogspot.com
          diakses tanggal 1 Desember 2012.

Lestari, E.G. 2011. Peranan Zat Pengatur Tumbuh dalam Perbanyakan melalui Kultur Jaringan. Jurnal AgroBiogen 7(1):63-68.

Rahardja, P. C. 1994. Kultur Jaringan Teknik Perbanyakan Tanaman Secara Modern. Penebar Swadaya, Jakarta
 
Santoso, U. & F. Nursandi. 2001. Kultur Jaringan Tanaman, Malang


Tidak ada komentar:

Posting Komentar