1.
PENDAHULUAN
Semakin
pesatnya pertumbuhan penduduk dan berkembangnya industri pakan dan pangan pada
saat sekarang hal itu sangan mempengaruhi kebutuhan pangan yang terus meningkat
dengan pesat. Upaya yang sedang dilakukan
untuk menjawab permasalahan pangan adalah dengan mengaplikasikan kegiatan pemuliaan.
Tujuan pemuliaan tanaman adalah memaksimalkan potensi genetik tanaman melalui perakitan
kultivar unggul baru yang berdaya hasil dan
berkualitas tinggi, resisten terhadap kendala
biotik dan abiotik
(Shivanna dan Sawhney
1997; Mayo 1980).
Teknologi
maju diperlukan untuk mengatasi keterbatasan penerapan teknik pemuliaan konvensional dan untuk mempercepat pencapaian tujuan akhir dari
program pemuliaan. Hal ini sangat penting
dan mendesak dilakukan untuk mengatasi permasalahan-permasalahan pangan dimasa yang
akan datang. Pemecahan kendala dalam pemuliaan
konvensional mulai mendapat titik terang
dengan ditemukannya markah molekuler. Markah
molekuler yang pertama kali dikenal adalah markah protein yang
secara genetik dikenal sebagai markah isozim (Hunter dan Markert 1957).
2.
Definisi
v
Pemuliaan tanaman merupakan suatu metode yang mengeksploitasi potensi genetik tanaman untuk memaksimumkan ekspresi dari potensi genetik tanaman pada suatu kondisi lingkungan tertentu.
v
Marker
Assisted Selection (MAS) yaitu merupakan metode seleksi yang mengacu pada
pemanfaatan marka DNA yang berpautan dengan lokus target, sebagai alat untuk
menduga dan membantu seleksi penotipe sifat yang menjadi target pemuliaan.
3.
Tipe-
tipe Marka DNA
3.1 Marka Situs Acak
- Random Amplified Polymorphism DNA (RAPD) Prinsip kerja markah RAPD adalah berdasarkan perbedaan amplifikasi PCR pada sampel DNA dari sekuen oligonukleotida pendek yang secara genetik merupakan kelompok markah dominan
- Restriction Fragment Length Polymorphism (RFLP) markah yang berdasarkan pada hibridisasi DNA atau suatu kombinasi dari probe enzim spesifik. Markah ini bersifat kodominan, sehingga sangat baik untuk komparatif pemetaan genom. Namun demikian, markah RFLP memiliki keterbatasan jika digunakan sebagai alat bantu seleksi.
- Amplified Fragment Length Polymorphism (AFLP) Markah AFLP merupakan jenis markah yang berdasarkan pada amplifikasi selektif dari potongan DNA hasil restriksi genomik total dengan enzim restriksi endonuklease.
- Simple Sequence Repeat (SSR)/ Microsatellites. Markah mikrosatelit merupakan sekuen DNA yang bermotif pendek dan diulang secara tandem dengan 2 sampai 5 unit nukleotida yang tersebar dan meliputi seluruh genom, terutama pada organisme eukariotik.
3.2 Marka Situs Spesifik
1. Sequence
Characterized Amplification Region (SCAR) Markah SCAR dan STS merupakan markah berbasis PCR yang diperoleh
melalui sekuensing fragmen RFLP, RAPD, dan AFLP atau gen yang
sudah diketahui ukurannya.
2. Expressed
Sequence Tags (EST)
3. Single
Nucleotide Polymorphism (SNP) Markah
ini merupakan
mutasi titik di mana satu nukleotida disubstitusi
oleh nukleotik lain pada lokus
tertentu.
Pemanfaatan
markah DNA sebagai
alat bantu seleksi Marker Assisted Selection (MAS) lebih menguntungkan dibandingkan dengan seleksi secara
fenotip. Seleksi dengan bantuan markah molekuler didasarkan pada sifat genetik tanaman saja, tidak dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
Dengan
demikian, kegiatan pemuliaan tanaman
menjadi lebih tepat, cepat, dan relatif
lebih hemat biaya dan waktu. Seleksi berdasarkan karakter fenotip
tanaman di lapang memiliki beberapa kelemahan seperti yang
dikutip dari Lamadji et al.
(1999), di antaranya yaitu
1.
Memerlukan waktu yang cukup lama,
2.
Kesulitan memilih dengan tepat gen-gen yang menjadi
target seleksi untuk diekspresikan pada sifat
sifat morfologi atau agronomi,
3.
Rendahnya frekuensi individu yang diinginkan yang
berada dalam populasi seleksi yang besar, dan
4.
Fenomena pautan gen antara sifat yang diinginkan
dengan sifat tidak diinginkan sulit dipisahkan saat melakukan persilangan.
Markah DNA
banyak digunakan untuk perbaikan tanaman dalam hal ini MAS, markah berbasis DNA dapat menjadi efektif
jika digunakan untuk tiga tujuan dasar, yaitu
1.
Identifikasi galur-galur tetua dengan tepat untuk perbaikan suatu karakter
untuk tujuan khusus,
2.
Penelusuran alel-alel yang sesuai (favorable) dominan atau resesif pada tiap
generasi persilangan, dan
3.
Identifikasi individu-individu sasaran sesuai dengan
karakter yang diinginkan diantara turunan
yang bersegregasi, berdasarkan pada komposisi alelik persilangan sebagian atau seluruh genom.
4.
Keuntungan MAS
·
Lebih sederhana dibandingkan seleksi fenotifik
o
Terutama untuk sifat yang membutuhkan banyak
tenaga dan langkahnya rumit
o
Dapat menghemat waktu dan sumberdaya
·
Dapat dilakukan pada fase awal perkembangan
o
Penting untuk sifat kualitas hasil
o
Dapat dilakukan seleksi pada tahap bibit
·
Meningkatkan akurasi
o
Tidak dipengaruhi lingkungan
o
Dapat memisahkan homozigot dan heterozigot
5.
Contoh
Aplikasi MAS pada tanaman Pangan
Analisis lokus kuantitatif sifat ketahanan penyakit blas pada populasi antarspesies IR64 dan Oryza rufipogon
MAS untuk Ketahanan Jagung terhadap Kekeringan
Penggunaan MAS untuk Memperbaiki Penampilan Heterotik pada Jagung
Peningkatan Kualitas Plasma Nutfah Tomat Meng- gunakan Strategi Kombinasi QTL dengan Metode Silang Balik Advanced Backcrossing (AB-QTL)
Pemuliaan untuk Perbaikan Kandungan Protein pada Jagung (QPM)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar